Ibu Peradaban

Oleh : Yudi Latif*


Opini (beritakota.net) -- Tahukah anda kelahiran seluruh peradaban awal muncul di pinggiran lempengan teknonik? Peradaban Mahenjo Daro dan Harappa, Mesopotamia, Asiria-Persia, Mesir,  Phoenisia, Minoan-Yunani-Romawi, Maya-Aztek,  juga Sundaland-Nusantara, semua tumbuh di tepian lempengan teknonik.


Hidup di tepian lempeng api memang menghadapi ancaman yg mematikan, namun juga menggairahkan. Di sana terkembang alam nan indah dgn kesuburan tanah, aliran sungai, lembah,  ngarai dan danau serta keragaman ekosistem, yang cocok sbg rahim peradaban. 


Dari manakah awal peradaban bermula? Sejarah peradaban yg kita kenali selama ini cenderung menggunakan perspektif Barat. Untuk masa yg panjang, ufuk terjauh dr penglihatan barat ke timur hanya terbayang India. Apapun setelah India akan disebut India Timur, India Jauh atau Indo-China. Dengan penglihatan seperti itu, Nusantara hanya menjadi bayang-bayang India. 


Bagaimana kalau cara melihat sejarah peradaban itu dibalik dari perspektif dunia timur? Bisa kita intip dari buku-buku terbaru spt "Empire of the Winds: The Global Role of Asia's Great Archipelago," karya Philip Bowring (2019).


Terdapat tanda-tanda bahwa Nusantara merupakan salah satu ibu peradaban. Ceritanya seperti ini. Di zaman es terakhir, yg mencapai puncaknya sekitar 21 ribu tahun yg lalu, Jawa (termasuk bali dan madura), Kalimantan, Sumatra dan sebagian laut China Selatan merupakan kesatuan daratan yg menyatu dgn Asia, yg disebut sbg Sunda-land. Papua (plus pulau2 sekitar) menyatu dgn Australia, yg disebut dgn Sahul-land. Adapun kepulauan Sunda Kecil (Walacea) secara umum tak pernah menyatu dgn kedua daratan tsb. 


Akibat pemanasan global, sejak 20 thn yg lalu, es di kutub ambruk dan mencair menggenangi dataran rendah. Banjir besar akibat kenaikan permukaan laut bergerak cepat hingga 11 thn yg lalu,  melenyapkan dataran rendah menjadi selat (menyisakan dataran tinggi jd pulau-pulau yg terpisah), termasuk menenggelamkan segala kemajuan peradaban yg pernah berkembang di sana. Sejak 11-7 ribu thn yg lalu, barulah tinggi permukaan laut lebih stabil.


Karena merasa ruang hidupnya terus terancam karam, orang-orang yg hidup di dataran rendah Sundaland mencari cara menyelamatkan diri dengan mulai membangun teknologi perahu. Di sanalah sejarah peradaban maritim bermula. Dengan teknologi perahu, terjadi eksodus besar-besaran orang2 dari Sundaland, paling tidak sejak 7000 thn yg lalu, ke berbagai belahan bumi dgn rentangan lebih dari separuh bumi; Madagascar di pantai timur Afrika hingga Rapa Nui (Easter Island) di Pacific. Inilah yg disebut diaspora Austronesia dgn membawa bahasa, budaya dan peradaban yg bermula dr Sundaland (yang pada mulanya terintegrasi dgn Taiwan).


Paling tidak sejak 4500 SM, diaspora Austronesia ini sudah menjangkau pantai tenggara India, dimana orang-orang dari Harappa (lembah Indus) ada yg tinggal di Gujarat (sekitar 4500-3900 SM). Ada bukti, saat itu, ada barang kerajinan di India selatan yg berasal dr Nusantara. Sangat mungkin juga pelaut-pelaut Nusantara-lah yg membawa budidaya pohon kelapa ke Sri Lanka dan India Selatan. Orang-orang dari Harappa mulai mengenal budaya Austronesia di sana yg kemudian membawanya ke Harrapa, lantas ke Babilonia. 


Teks Mesir dari sekitar 1500 SM menyebutkan adanya ekspedisi ke Tanah Punt (Horn of Africa), dengan menemukan berbagai produk eksotik termasuk kayu gaharu dari Nusantara. (Bahkan bentuk piramida Mesir punya kemiripan dgn bentuk-bentuk piramida bertingkat yg bisa ditemui di berbagai budaya Austronesia).


Teks Ibrani dari abad ke-7 SM, juga teks Yunani dr abad ke-4 SM menyebutkan tentang keberadaan Kayu manis (cinnamon) dr Timur. Juga teks Ibrani dari masa Raja/Nabi Sulaeman (sekitar 950 SM) merujuk keberadaan kayu cendana, yg produk terbaiknya berasal dari Timor. Sejarawan Yahudi dari abad pertama masehi menyebutkan adanya ekspedisi ke Timur dari Laut Merah, yg memakan waktu 3 thn untuk sampai tujuan.


Demikianlah. Jantung Sundaland itu adalah Nusantara, dan Nusantara itu adalah ibu peradaban maritim di muka bumi, yang banyak memberi pengaruh pada peradaban lain. "Kita adalah anak-anak imperium angin yg menembus segala penjuru dunia."

(Belajar Merunduk,  Yudi Latif)

*Penulis Buku, Pemikir, Pejuang Kebangsaan dan Demokrasi